Antara Pendidikan, Karir, dan Menikah



Sepertinya bukan saya banget nulis yang beginian,,wkwkw.

Yaapp..apa salahnya nulis yang beginian (sekali-kali bahas yang beginian *oopppss)

Tulisan kali ini lebih ke curhat, curhat bi hikmah pastinya. Kalian boleh ambil baiknya, kalau jelek jangan ditiru yaa (ngelesssss).

Look at me !!!  

am  I possessed ? suddenly talking about  privacy.. (tapi g papa, jarang-jarang lohh saya sharing tentang hal ini)

.

Oke ikuti aba-aba !

.

.

.

.

.

tarik nafaaassss...

.

.

.

.

tahan nafasssss......

.

.

.

KAPAN NIKAH ????

Nahh lohhh kapan buang nafasss *tuhh kann bahas ini (dilarang baperr).

.

Tanpa basa-basi cussss,,,

Tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh wanita dimuka bumi ini, khususnya yang diatas 20 tahun. Okee kita bahasa step by step.


1. Pendidikan atau karir ?

Dengan tegas saya menjawab keduanya amat sangat penting. Keduanya sihhh beti (beda tipis). Tapi kalau anda bisa mencapai keduanya *empat jempol dehhh. Saya sempat galau tahunan gegara hal ini. Asal  anda tahu, saya pindah haluan terjun kuliah (g jadi daftar polwan dan break kesekian kalinya) gegara DP BBM teman saya yang menyinggung tentang intelektual dan pendidikan wanita (kurang lebih seperti gambar di poin 1 ini). Seketika ada yang membelokkan tujuan dan langkah awal saya. Dan saya yakin itu wujud campur tangan Allah. Mungkin jalan saya untuk fokus kependidikan dulu. Tapi untuk anda yang bisa menjalankan keduanya, saya rasa lebih baik. Tohh sekarang banyak kita temui anak-anak muda yang mempunyai intelektual tinggi, pendidikan kece, serta terjun langsung ke dunia karir. Semuanya ada di tangan anda.


2. Pendidikan atau nikah ?

Menurut saya keduanya sangat penting. Pendidikan bisa dimana saja, formal atau non formal, akademis atau non akademis, dan saya rasa pendidikan lebih fleksibel dalam kurung, asalkan kalian bisa komitmen dan konsekuensi dengan diri anda, tutup kurung. 
Trus nikahnya gimana ?

Jadi gini... ketika usia saya menginjak 20 tahun saya amat galau tingkat dewa mikir nikah *wajar yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Tapi maaf, pada tulisan ini atau sampai kapan pun, saya tidak akan membahas pengalaman pribadi saya tentang hal ini secara spesifik.

Globalnya saja yaaa.....jadi di usia saya yang ke 23 tahun, saya masih semester 5 untuk program sarjana *tua yaa (efek pending bertahun-tahun #tapi pending saya berkualitas kok). Dulu sempat berfikir nikahnya setelah S1 aja lahh, berarti usia saya antara 24-25 (usia anak magister tuhh). Dan pada saat itu saya terserang virus “kapan nikah ??”, secara kakak semua sudah pada nikah, giliran saya yang will will will. Ditambah lagi galau teman-teman banyak yang sebar undangan. Dan pada saat itu saya berfikir hanya sampai sarjana (pemikiran yang cetek).

Tibalah suatu hari, dimana saya mendapat motivasi dan arahan someone. Yang intinya “capailah pendidikan setinggi mungkin dan semampu mungkin (situation, condition, financial). Emangnya kalau kamu sudah selesai S1 jodoh langsung datang, enggak kan. Terus kamu hanya menunggu dan menunggu *of course not. Sembari menunggu ambil step lain, bisa melanjutkan ke pendidikan selanjutnya atau terjun ke dunia karir atau pun jalani keduanya”. Dan dari situ open mind.

Intinya anda para wanita, 20 tahun ke atas bukan melulu tentang menikah. Ingat kewajiban anda sebagai seorang wanita yang memiliki intelektual serta berpendidikan, yang akan melahirkan generasi cerdas (aamiin ya Rabb). 


3. Intinya, KAPAN NIKAH ?

Sepertinya di poin kedua kurang all out dan kurang power ya penjelasannnya. (wkwkwk)

Kalau pendidikan fleksibel, lantas bagaimana dengan menikah. Nahh begini, anda tahu menikah itu suatu hal yang sakral. Jangan karena ego, nafsu, atau takut tersaingi oleh teman-teman jadi terburu-buru untuk menikah. Ingat,,, menikah itu bukan lomba yang berujung kemenangan, tetapi menikah itu awal dari proses kelangsungan yang tiada berujung. Dan pahami tentang menyegerakan dan terburu-buru dalam menikah.

Menikah itu sesuatu yang tidak disangka-sangka datangnya. Tidak disangka-sangka siapa dan dimana si jodoh. Bisa saja jodoh datang saat menempuh pendidikan sarjana atau saat kita menyelesaikan program sarjana (dan semua itu tertulis di lauh maufudz).

Kalau diatanya kapan nikah, saya percaya bahwa Allah itu memberi sesuatu tepat pada waktunya. Dan yang tepat pada waktunya akan indah dengan sendirinya. Dan sesuatu yang dipaksakan keberadaannya dengan ketidak halalan akan hancur sia-sia (pahami terminologi dan etimologinya). Dan saya belum bisa menjawab pertanyaan ini secara pasti.


4. Antara pendidikan, karir, dan menikah mana yang diprioritaskan ?

Bukan pertanyaan yang sulit menurut saya. Semuanya saya prioritaskan, andai kata saat saya fokus ke pendidikan dan karir, ehh tiba-tiba hal yang ke tiga datang so, selagi sesuai dan cocok (all of *that) why not *bukan so, selagi ada yaa 😆 #buang pikiran itu jauh-jauh. Namun jika tak kunjung datang, fokuslah pada hal yang dijalani. Anda tahu janji Allah itu nyata “Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan” *so laa taqlaq. Tapi jangan lupa do’a, usaha, dan tawakal yaa. Kerjakan yang baik-baik dan bermanfaat.

Kalian boleh baper,,

Tapi, stttt,,,,dalam hati aja sembari do’a minta Allah untuk disegerakan. Fakta anak sekarang, pengen cepat nikah tapi sebatas ucapan tanpa adanya usaha perbaikan diri (revormasi zaman).

Oke, Mungkin sampai disini yaa teman-teman dan para wanita hebat (in syaa Allah). Mohon maaf jika ada kesalahan, saya tidak sesempurna yang anda kira, bahkan jauh dari kata sempurna.

Komentar